Rabu, 08 Juni 2011

Warkop Jawara Koja

Koja, Jakarta Utara, 08 Juni 2011
Warkop Jawara Koja

Sebuah Warung Kopi di bilangan Koja, Jakarta Utara, acap bertransaksi dengan dirham perak.

Kalau Anda kebetulan lewat di sekitar Jl Sindang, di kawasan koja, Jakarta Utara, agak "nyempil" di antara sejumlah gedung tinggi dan perkantoran, terdapat sebuah warung kopi, dengan nama "Warkop Arput". Ini singkatan dari "Antar Jemput". Namanya demikian karena ini sebagai bagian dari usaha yang dikelola oleh anak-anak muda yang tergabung dalam Baitul Mal Keluarga Indonesia, di Kawasan Koja, yang melayani sembako dan berbagai keperluan rumah lainnya. Mereka menyediakan jasa antar-jemput bagi pembelinya.

Sedangkan Warkop Arput, ya berjualan kopi, teh, mi instan rebus, dan makanan kecil lain, layaknya sebuah warung kopi. "Alhamdulillah omsetnya sekitar Rp 200 ribuan sehari," kata Kang Asep anak mudah yang mengelolanya. Pelanggan utamanya adalah mereka yang bekerja di sekitar tempat itu. Di warkop itu juga terdapat sebuah kotak amal, terbuat dari kaca, tempat para dermawan bersedekah. Siang itu, ketika rombongan Pak Zaim Saidi, dari WIN, bersama Pak Nurman Kholis yang datang dari Pondok Gede, serta Pak Sufyan Jawi dari Cilincing bertandang, tampak sebuah koin nisfu dirham telah ada di kotak amal tersebut.

Memang, Warkop Arput adalah anggota Jawara Jakarta Utara. Maka, sambil sejenak melepas lelah, sesudah perjalanan di Kampung Jawara, Cilincing, menuju ke Istana Dhuafa, yang tak jauh dari Jl Sindang, Pak Nurman cs, minum kopi di situ. Ditambah jajanan lain total jajanan adalah 1 nisfu dirham. "Sebelumnya telah dua kali saya bertransaksi dalam dirham ini," ujar Kang Asep yang dengan senang hati menerima pembayaran dengan dirham.

Allah SWT memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.
Baca selengkapnya

Selasa, 07 Juni 2011

Perkenalan Dinar dan Dirham di Gontor

Ponorogo, 07 Juni 2011
Perkenalan Dinar dan Dirham di Gontor

Melalui sebuah seminar mahasiswa Institut Studi IslamDarussalam, Gontor, perkenalkan Dinar Dirham.

Waktu masih cukup pagi, belum jam 8, dan ruang pertemuan Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS) di Kampus Institut Studi Islam Darussalam (ISID), Ponorogo, masih kosong. Tetapi Bpk Drs. KH. Kafrawi Ridwan, M.A, Rektor ISID, justru telah lebih dulu hadir dibanding panitia sekalipun. Hari itu, Jumat, 13 Mei 2011, adalah hari diselenggarakannya Seminar Menggagas Sistem Moneter Islam, yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Bpk Zaim Saidi, dari WIN; dan Bpk Abdarrahman Rachadi dari Jawara Nasional. Keduanya juga sudah siap-siap, meski masih di Wisma Tamu, yang letaknya bersebelahan dengan auditorium CIOS.

Akhirnya, acara pun dimulai, dengan sambutan Pak Rektor, yang dengan positif menyambut acara itu sebagai bagian dari pembelajaran dan pengenalan kembali muamalat. "Dinar dan Dirham harus diterapkan kembali, karena kestabilan nilainya, demikian antara lain sambutan Pak KH Kafrawi.

Acara itu dihadiri oleh sivitas akademika ISID, mahasiswa datang dari tiga kampus, yaitu Kampus Pusat Siman, pnorogo, Kampus Mentingan, Ngawi, dan Kampus Magelang Jawa Tengah. Seluruh bangku yang tersedia dalam auditorium penuh oleh peserta, putra dan putri.

Dalam paparannya Pak Zaim menjelasakan bahwa Allah SWT dan Rasul SAW telah menggariskan model moneter, yang intinya ada beberapa hal prinsipil. Pertama, alat tukar harus berbasis pada komoditi, hingga memiliki nilai intrinsik. Komoditi terpokok sebagai alat tukar adalah emas, perak, dan makanan jenis tertentu yang dapat memenuhi fungsi sebagai uang. Kedua, uang meskipun terbuat dari komoditi adalah alat tukar, tidak boleh digelembungkan melalui instrument derivatif - yang paling elementer adalah uang kertas. Ketiga, dalam kelaziman dan praktek historis, alat tukar yang paling lazim dalam model meneter Islam, adalah dinar emas, dirham perak, dan fulus tembaga.

Sementara itu, Pak Abdarrahman Rachadi, menjelaskan tentang keberadaan Jawara Dinar - beserta berbagai kegiatannya. Yang terpokok adalah Festival Hari Pasaran (FHP), dan pendirian Kampung Jawara. Dengan demikian maka koin dinar dan dirham, serta fulus , diamalkan dalam transaksi sehari-hari. Dari kegiatan ini diharapkan keluarga besar Pondok Pesantren Gontor dapat mengamalkan muamalat secara bertahap di lingkungannya. Baik di kampus-kampus pusatnya, maupun di kampus-kampus lain di Indonesia
Baca selengkapnya

Senin, 06 Juni 2011

Zimbabwe Menuju Standar Emas

Zimbabwe Menuju Standar Emas

Zimbabwe, negeri yang perekonomiannya saat ini paling babak belur akibat uang kertas, mulai berpikir kembali ke standar emas.

Pihak bank sentral Zimbabwe mengatakan negara in harus mempertimbangkan untuk kembali ke dolar Zimbabwe yang berbasis emas, melihat nasib dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia saat ini tinggal menghitung hari.

Pemerintah mencampakkan dolar Zimbabwenya sendiri, pada tahun 2009, ssudah dihantam hiperinflasi fantastis, dan menggantinya dengan mengadopsi sitem mata uang asing berganda dengan dolar AS, Rand Afrika Selatan dan pula Botswana, sebagai yang paling banyak digunakan.

Menkeu Tendai Biti mengatakan negara membutuhkan setidaknya enam bulan impor dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, stabilitas inflasi dan utilisasi kapasitas industri di atas 60 persen, sebelum dolar Zim dapat diedarkan kembali. Namun kepala bank sentral, Dr Gideon Gono , mengatakan negara harus mempertimbangkan mengadopsi mata uang yang didukung emas. Demikian sebagaimana yang dimuat oleh situs www.newzimbabwe.com.

"Ada kebutuhan bagi kita untuk mulai berpikir serius dan segera untuk memperkenalkan mata uang Zimbabwe yang didukung emas, yang tidak hanya stabil tapi diterima secara internasional," katanya dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah.

"Kita perlu memikirkan kembali strategi-tambang emas kita, liberalisasi emas, dan strategi pemasaran sebagai sebuah negara. Dunia perlu dan pasti akan berpindah ke standar emas dan Zimbabwe harus memimpin di depan."

Gono mengatakan bahwa efek inflasi dari defisit pembiayaan Amerika Serikat akan berdampak pada seluruh negara lain yang akan mengarah pada resistensi atas dolar AS sebagai mata uang dasar.

"Peristiwa Krisis Keuangan Global 2008 memerlukan suatu pendekatan baru agar kita bisa percayaan diri dan atas mata uang yang didukung benda yang sangat stabil, dan bagi saya, Emas telah terbukti selama bertahun-tahun sebagai logam mulia yang stabil dan paling diinginkan," kata Gono.

"Zimbabwe memiliki cadangan emas triliunan doalr dan sekarang saatnya kita mulai berpikir di luar kotak, untuk kelangsungan hidup dan kemakmuran kita."

Bangsa Indonesia pun harus berpikir out of the box bukan? Dan dengan Dinar emas dan Dirham perak yang telah beredar, kiat tidak cuma bisa berpkir, tapi telah bertindak jauh.
Baca selengkapnya

Minggu, 05 Juni 2011

Transaksi Emas: Pelajaran dari Vietnam

Vietnam, 13 Mei 2011
Transaksi Emas: Pelajaran dari Vietnam
Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara
Apa yang terjadi ketika warga secara aktif menghindari mata uang resmi mereka sendiri?Rakyat Vietnam menggunakan emas sebagai alat tukar sehari-hari.

Oleh Ben Traynor (untuk The Daily Reckoning)

Pemerintah sering tergoda untuk hidup di luar kemampuannya. Hari ini, itu berarti utang nasional dan penerbitan surat utang negara. Tetapi beberapa ratus tahun yang lalu, itu berarti menurunkan nilai mata uang.

Koin perak dan emas akan 'dipotong' - dalam jumlah kecil dari logam ini dengan cara mengerik tepi koin setiap kali mereka melewati tangan pemerintah - atau mereka akan dicetak dengan kandungan logam mulia lebih rendah dari nilai nominalnya. Hal ini akan memungkinkan otoritas moneter untuk menghasilkan uang lebih banyak untuk jumlah logam yang sama, dan meningkatkan daya beli pemerintah di pasar.



Hasil bersihnya adalah bahwa koin dengan nilai nominal yang tidak identik dengan nilai intrinsiknya. Dan ini sering menyebabkan fenomena yang agak menarik. Ketika orang tahu ada baik 'koin yang bagus' dan koin 'buruk' beredar, mereka cenderung menghabiskan koin buruk dan menyimpan yang bagus. Tak lama kemudian, seluruh uang yang baik menghilang jadi timbunan. Satu-satunya uang yang beredar adalah uang yang buruk.

Hal ini dikenal sebagai Hukum Gresham, dari tokoh abad keenam belas, Sir Thomas Gresham. Dalam bentuk yang paling sederhana, Hukum Gresham sering dinyatakan sebagai "uang buruk mendepak uang yang baik", dan itu bukan fakta sejarah belaka. Hukum Gresham hidup dan berlaku hari ini di banyak negara di seluruh dunia.

Vietnam memberikan contoh bagus. Perekonomian Vietnam menggunakan tiga bentuk uang yang berbeda dari uang hari ini. Ada mata uang resmi, Dong Vietnam. Ada juga Dolar AS, yang orang Vietnam cenderung mempercayainya sedikit lebih. Dan kemudian, ada emas.

Emas adalah soal besar di Vietnam. Orang Vietnam rata-rata menghabiskan lebih banyak dari setiap unit pendapatan untuk beli emas daripada orang lain di dunia. Jumlah pembelian emas mencapai 3,1% dari PDB negeri ini tahun lalu. (Sebagai perbandingan, pembelian emas swasta di India adalah sebesar 2,5% dari PDB, sedangkan China hanya 0,4%.)

Diperkirakan sekitar 500 ton emas - senilai lebih dari US$ 24 miliar - adanya di Vietnam, kata Huynh Trung Khanh, wakil ketua Vietnam Gold Business Council. Ini tersembunyi di bawah kasur dan dikubur di kebun-kebun. Tapi emas tidak hanya menyimpan nilai di Vietnam. Hal ini juga digunakan sebagai media pertukaran. Itulah sebabnya, dalam arti sehari-hari, juga berfungsi sebagai uang.

Di Vietnam Anda dapat menempatkan emas di bank dan mendapatkan bunga. Orang menetapkan harga rumah dalam emas, dan membayarnya dengan emas batangan tael - setiap batang beratnya sekitar 1.2 troy ons (sekitar 38 gr). Masuk akal bila Anda menganggap bahwa Vietnam adalah sebuah masyarakat dengan uang tunai. Sebuah properti tunggal dapat berharga hingga 4 miliar Dong Vietnam. Itu kertas yang sangat banyak untuk dihitung dan diperiksa.

Tetapi jika warga Vietnam menyukai emas, tidak demikian dengan bank sentral negara itu. Dalam beberapa tahun terakhir Bank Negara Vietnam (SBV) telah menerbitkan beberapa Keputusan dan Surat Edaran yang dampak gabungannya - apakah sengaja atau tidak - telah melemahkan peran meneter resmi emas:

Juni 2008 - impor emas dilarang (meskipun penyelundupan jalan terus);
April 2010 - Semua lantai perdagangan emas ditutup;
Oktober 2010 - SBV mengeluarkan Edaran 22, melarang bank dari berurusan dengan produsen dan pedagang emas batangan;
Mei 2011 - SBV melarang semua aktivitas kredit emas.

Keputusan terakhir itu adalah suatu usaha untuk mengakhiri praktek bank membayar bunga emas (mungkin dengan harapan bahwa orang akan mengganti emas mereka dengan kertas). Hingga kini, bank telah menawarkan bunga deposito emas fisik. Mereka menjual logam dengan uang kertas, meminjamkan dana hasil pinjaman dalam Dong itu dan membelikan emas dalam jumlah yang setara dari sebuah bank emas internasional.

Ini telah menjadi aktivitas menguntungkan bagi bank karena suku bunga domestik cenderung cukup tinggi untuk menutupi kedua tingkat masa datang dan tingkat mereka membayar nasabah yang bersangkutan. Pada dasarnya itu adalah perdagangan berjalan, meminjam emas (dari deposan) dengan murah, dan meminjamkannya pada tingkat yang lebih tinggi.

Pada tanggal 1 Mei, bagaimanapun, bank akan dilarang untuk melakukan kegiatan kredit emas. Dan dari Mei 2013 mereka harus berhenti membayar bunga deposito emas.

Langkah terakhir itu sebagian besar mungkin masih diperdebatkan pada saat itu. Seperti yang mungkin Anda harapkan, dengan saluran kredit diblokir, tak ada uang lagi. Suku bunga deposito Emas telah merosot tajam.

Jadi mengapa semua aturan berubah? Nah, pihak berwenang melihat emas sebagai "pengaruh buruk" - sebuah faktor destabilisasi dalam gambaran ekonomi yang sudah berantakan.

Pertimbangkan masalah berikut melanda Vietnam:

1) Defisit Perdagangan Yang Terus Membesar- Defisit perdagangan pada tahun 2010 adalah sekitar 12% dari PDB. Lebih buruk lagi, defisit tumbuh lebih luas dalam empat bulan pertama tahun ini.

2) Inflasi Meningkat- Angka terbaru dari Badan Pusat Statistik Vietnam menunjukkan inflasi ada pada 17,5%, meskipun kebijakan moneter telah ketat.

3) Mata Uang Jatuh- matauang Dong telah terdevaluasi enam kali sejak Juni 2008. Baru-baru ini 11 Februari tahun ini, turun 8,5%.

Terdengar biasa? Cara bank sentral melihat kecenderungan orang Vietnam untuk membeli emas juga membuat masalah ini lebih buruk. Impor emas dilihat memperburuk defisit perdagangan (Vietnam tidak memiliki hasil tambang domestik). Membeli emas melemahkan Dong, yang menaikkan inflasi. Kepemilikan Emas (dan Dolar) juga merongrong kebijakan moneter SBV, karena suku bunga yang hanya berlaku pada Dong.

Tapi Anda tidak bisa menyalahkan orang-orang Vietnam untuk membeli dan menimbun emas. Tidak ketika Anda ingat bahwa inflasi di Vietnam sedang berjalan sebesar 17,5%. Dalam hal ini, kepemilikan emas merupakan akibat langsung dari kondisi ekonomi. Satu-satunya cara yang SBV dapat sediakan untuk warga Vietnam dengan insentif untuk menyimpan di Dong akan meningkatkan bunga nominal lebih tinggi dari inflasi, dan dengan demikian memberikan tingkat pengembalian riil yang layak. Tapi ini akan berarti tarif sekitar 20% setidaknya. Ini tidak hanya akan memukul keras perekonomian domestik, itu hampir pasti menyebabkan Dong untuk terapresiasi, yang akan membuat defisit perdagangan bahkan lebih buruk.

Karena tidak mampu untuk langsung member insentif orang untuk memegang uang kertas, maka pemerintah menempuh mengganggu fungsi moneter emas itu. Tapi ini tidak akan efektif. Orang masih akan lebih memilih untuk memegang emas karena Dong gagal untuk memenuhi salah satu fungsi inti dari uang. Ini adalah penyimpan nilai yang sangat buruk.

Itulah mengapa warga Vietnam terus menimbun uang "baik" (emas) sementara terus menggunakan uang buruk sehari-hari. Sama seperti yang diprediksi Hukum Gresham.

Vietnam terjebak dalam siklus inflasi-devaluasi. Orang-orang biasa tidak percaya mata uang kertas, dan menkarnya dengan sesuatu yang lebih baik. Hal ini mengurangi nilainya terhadap mata uang lainnya. Hal ini juga mengurangi nilainya terhadap barang dan jasa, yang mengambil bentuk harga konsumen yang terus naik. Semuanya bekerja membuat Dong bahkan makin kurang populer

Apakah lingkaran setan ini bakal mengenai US Dollar, British Pound, atau Euro? Mungkin ini sudah dimulai. Harga emas dan perak telah meningkat kuat selama dekade terakhir di semua mata uang, dan terutama versus Dollar sejauh ini, pada tahun 2011. Ini memberitahu kita bahwa banyak orang Barat - seperti halnya orang Vietnam - tertarik untuk menukar kertas mereka dengan logam mulia.

Jika Dolar dan sepupu uang kertas lainnya terus kehilangan nilai, penabung akan semakin lebih memilih "uang baik" seperti emas dan perak. Begitulah Hukum Gresham bekerja.

Catatan:
Hukum Gresham berlaku ketika emas hanya dijadikan komoditas pendukung dan alat investasi. Ketika bentuknya koin, dan bersama pasangannya koin perak sepenuhnya digunakan sebagai alat tukar, Hukum Gresham tidak akan terjadi. Apalagi dalam syariat Islam ada larangan keras untuk menimbun emas dan perak. Hukum tentang riba juga mencegah digunakannya dayn, kuitansi-tebusan emas dan perak, sebagai lat tukar umum. Dan pada keduanya juga diwajibkan zakat, yang memastikan emas dan perak beredar di semua golongan, kaya maupun miskin.

Allah Maha Bijaksana dan Maha Pengatur Segalanya. (Zaim Saidi)
Baca selengkapnya

Jumat, 03 Juni 2011

Dengan Dinar Diperoleh Lebih Banyak Semen

Dengan Dinar Diperoleh Lebih Banyak Semen

Toko bangunan 'Bintang Jaya', Tanah Baru, kembali menerima pembayaran dengan Dinar dan Dirham.

Salah satu usaha yang tidak pernah surut dalam kehidupan kita adalah usaha yang terkait dengan tiga kebutuhan dasar, yaitu pangan, sandang dan papan. Dan pada ketiga kebutuhan dasar ini pulalah kita selalu paling merasakan semakin merosotnya nilai uang kertas kita. Buktinya jumlah rupiah yang kita butuhkan untuk membeli kebutuhan pokok itu, untuk jumnlah yang sama, dari waktu ke watu semakin banyak saja. Selalu tidak seimbang degan peningkatan jumlah pendapatan masyarakat.

Sebagai misal, sekitar sepuluh tahun lalu harga semen adalah Rp 20.000/sak, hari ini sekitar Rp 54.000. Padahal jumlah semen itu per saknya tidak berubah, tetap 50 kg. Karena itu pemakain kembali alat tukar dinar emas dan dirham perak menjadi penolong yang sangat jitu dalam mengatasi kemerosotan nilai uang kertas. Transaksi pada ketiga kebutuhan pokok ini akan menjadi mudah bila dilakukan dengan dnar emas dan dirham perak. Bahkan terbukti malah menjadi lebih murah.


Itu sebab, toko Bintang Jaya, di bilangan tanah baru telah bersedia menerima pembayaran dengan Dinar emas dan Dirham perak. Karena ini juga akan menjaga keutuhan stok barang dagangan. Sebab, bila transaksi dilakukan dalam uang kertas, nilainya lebih cepat merosot, hinga ketika hendak dibelanjakan untuk mengganti stok yang berkurang, tidak mampu mendapatkan jumlah yang sama.

Begitulah, jual beli material dalam dinar emas dan dirham perak pun kembali terjadi. Pak Zaim Saidi membayarkan tagihan berbagai kebutuhan bahan bangunan, seperti semen, besi, cat, dan pasir, sebanyak 3 Dinar emas dan 1 Dirham perak. Ini terjadi awal Mei 2011 lalu. Ini adalah transaksi kedua dalam Dinar dan Dirham yang dilakukan di toko Bintang Jaya tersebut.

Bagi pengguna Dinar dan Dirham berbelanja bahan bangunan malah menajdi semakin murah. Pada tahun 2000, ketika harga semen Rp 20.000/sak, 1 Dinar emas (saat itu setara Rp 400.000) bisa ditukar dengan 20 sak semen. Saat ini, ketika harga semen sudah Rp 54.000/sak, 1 Dinar emas (saat ini setara sekitar Rp 1.820.000) malah bisa ditukar dengan lebih dari 32 sak semen.

'Allah Maha Pemberi dan Pengatur Rezeki.' Selalu gunakanlah Dinar emas dan Dirham perak.
Sumber :www.wakalanusantara.com
Baca selengkapnya

Manipulasi Emas Perak: Jalan Untuk Hiperinflasi

Depok, 30 Mei 2011
Manipulasi Emas Perak: Jalan Untuk Hiperinflasi
Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia
Grafik naik turunnya harga emas perak adalah ilusi. Manipulasi besar kaum Yahudi, setelah menciptakan bank dan uang kertas, adalah menjadikan emas batangan dan mengatur harganya.

Tahukah anda bagaimana harga emas itu diteapkan? Dan kemudian orang-orang percaya dengan harga-harga tersebut. Semua pedagang dan spekulan emas - termasuk kita - menanti terbitnya harga emas terbaru sebelum memulai pasar emas perak, bahkan untuk menetapkan harga koin dinar dirham. Dan celakanya, emas perak itu seakan-akan hanya berharga sejak pukul 10.00 pagi hingga 16.00 petang, dari hari Senin sampai hari Jum'at. Setelah itu, di luar jam kerja, harga emas perak seakan-akan tiada lagi - bahkan sudah dianggap sebagai harga pasar gelap! Padahal ini adalah permainan ilusi saja.

Di tahun 2002, emas batangan dihargai $300/oz. Kini tahun 2011, semas diperdagangkan $1500/oz. Dalam 9 tahun saja harga emas melonjak 5 kali lipat! Kenaikan yang fantastis tersebut, disebabkan oleh krisis keuangan di Amerika dan Eropa, khususnya pada dua tahun terakhir. Beberapa bulan terakhir, harga emas - juga perak - bergerak naik secara pesat. Bahkan perak, yang di awal Agustus 2010 masih dihargai $20-an per oz, kini (April 2011) sudah mencapai $40-an, alias lompat 100% dalam waktu singkat. Sungguh luar biasa! Lompatan harga perak ini, dampaknya membuat orang melirik perak seketika. Saat ini di Indonesia untuk mendapatkan perak murni pun sulit, apalagi membeli perak murni di atas 10 kg dalam sehari. Bahkan pembeli dinar emaspun, kini antri berebut dengan antrian dirham. Inilah euforia!

Selain itu para penulis buku emas sering menggiring opini masyarakat, bahwa menyimpan emas batangan itu lebih baik daripada menyimpan koin emas - bahkan dinar emas sekalipun. Argumen mereka, kadar emas batangan adalah 99,99%, sedangkan koin emas seringkali kadarnya di bawah itu. Kalaupun koin emas ada yang berkadar 99,99%, orang masih menghargai koin tersebut di bawah harga emas batangan. Ini lucu! Padahal numismatis di penjuru dunia justru akan menghargai koin emas, apalagi koin langka - harganya justru akan melambung tinggi.

Karena ilusi tersebut, kita terkadang terpengaruh pula. Bahkan menjadi kurang percaya diri bila sepenuhnya - asset kita (bila ingin ditabung dalam emas) ditabung dalam koin dinar saja - tanpa keikutsertaan emas batangan. Untuk apa kita menyimpan emas batangan? Antisipasi penukaran kembali (ke uang kertas) dinar? Atau untuk cadangan cetak dinar? Justru kitalah yang berkewajiban dinar dirham berfungsi kembali sebagai alat muamalah. Lepaskanlah diri kita dari sihir dan was was tersebut.

Manipulasi Harga Emas Perak Dunia

Harga emas dan perak hari ini adalah ilusi serta manipulasi. Emas saat ini tidak lagi dihitung dengan komoditas pangan, sandang dan papan. Emas tidak lagi dihitung dengan permintaan dan jumlah produksi - tetapi langsung dihitung dengan uang kertas! Tidak ada lagi tradisi jual beli dengan dinar emas dan dirham perak, kecuali harus dengan proses penukaran kembali dengan rupiah? Dan semua orang harus melihat grafik turun naiknya harga emas dan perak terhadap uang kertas, sebelum mereka melakukan pertukaran antara koin-koin tersebut.

Emas dan perak kini diperlakukan sebagai mata dagangan saja. Maka tidak aneh, bila ada orang yang membuka bisnis gadai emas, bisnis berkebun emas dan menjual emas tanpa ada emas. Selama dinar dengan dirham tidak dapat dipertukarkan secara langsung tanpa perantara hitungan uang kertas. Selama itu pula muamalah belum sepenuhnya lepas dari uang kertas - bahkan meskipun fulus nanti sudah beredar. Maka selama itu pula kita belumlah paham, kenapa Allah SWT mengajarkan Nabi Adam As tentang fungsi emas perak bagi manusia.

Harga emas hari ini $1.500/oz bukan harga yang sebenarnya. Ketika penipuan ini dimulai, Agustus 1971, emas masih dihargai $35/oz. Tapi bila dihitung dengan benar - oleh ahli keuangan - tentunya berdasarkan jumlah bubble uang kertas dolar di pasar valas yang kini mencapai $200 Trilyun per tahun. Ada kepincangan sebesar $194 Trilyun dari beredarnya uang kertas fiat money - yang jumlahnya mencapai lebih dari 33 kali lipat nilai barang dan jasa dalam perdagangan dunia.

Maka harga emas hari ini seharusnya USD 6.000/oz bukan USD $1.500/oz, ini tidak masuk akal! Parahnya lagi, harga perak dibanting sangat murah. Bila emas 'ngotot' dihargai $1.500/oz, maka kini seharusnya perak dihargai $120/oz bukan $45/oz! Maka tidak aneh, bila harga perak pada Agustus 2010 $24/oz loncat menjadi $45/oz pada April 2011. Dalam waktu singkat, perak naik 100% - ini jelas ilmu sihir. Dan menyalahi hukum alam, Insya Allah - hiperinflasi uang kertas segera dapat kita rasakan bersama dampaknya. Tipuan sihir segera musnah!

Dalang Sihir Emas Dunia

Setiap hari, harga emas dimulai di London, Inggris. Sebelum para pedagang di pantai Timur meminum secangkir kopi, lima orang anggota pasar emas London telah menyepakati harga emas untuk sesi pagi saat pasar dibuka. Mereka memperkirakan supply dan demand emas yang akan dilakukan hari itu.

Menurut Terry Smeeton, mantan kepala operasi pertukaran mata uang asing dan emas di Bank of England, perdagangan emas di London mencapai 7,5 juta oz per hari. Baik berupa penjualan langsung (on the spot), ataupun penjualan yang akan datang (forward). Sedangkan penetapan harganya dilakukan oleh Tim Lima, yang mewakili N.M. Rothschild (Ketua Tim), Societte General, Hongkong Shanghai Bank (HSBC), Scotia Mocatta dan Deutsche Bank.

Di Amerika Serikat, pemain emas mencuri informasi dari harga emas di London sesi pagi ini sebelum mereka bermain di bursa emas COMEX dan NYMEX di New York. Perbedaan waktu antara London dan New York dimanfaatkan betul-betul oleh spekulan. Atmosfir pelelangan di pasar COMEX nyaris tak bisa dikendalikan, berbeda dengan yang terjadi di pasar emas London. Setelah pasar Comex sesi pagi ditutup, permainan dilanjutkan oleh Future Trading di NYMEX melalui ACCESS, yaitu pasar yang dikendalikan dengan menggunakan internet.

Pasar Hongkong mengambil batas harga yang direkomendasikan oleh ACCESS. Jika emas di Hongkong mulai bergerak, para investor di Timur Tengah - Dubai - mulai bereaksi dengan melakukan transaksi. Pasar Hongkong memainkan peran pengisi - gap - yang terjadi antara di Amerika dan Eropa. Dan pasar emas lainnya adalah Zurich, juga Mumbai India. Namun dalang sihir dari manipulasi harga emas perak dunia tetaplah berada dalam panduan Tim Lima The City - London.

Selama kita masih mengikuti alur permainan Tim Lima, selama itu pula dinar dan dirham juga fulus - belum lepas dari kendali uang kertas. Tim Lima ini pula, yang merancang agar hiperinflasi uang kertas segera terjadi. Dengan demikian permainan baru dimulai secara masal tanpa dapat dikendalikan oleh pemerintah negara manapun. Begitulah permainan uang Matriks Elektronik. [SF]
Baca selengkapnya

Selasa, 31 Mei 2011

Seratus KK Lebih Terima Zakat Dirham

Cilincing, Jakarta Utara, 31 Mei 2011
Seratus KK Lebih Terima Zakat Dirham

Lebih dari seratus orang di Cilincing, Sungai Landak, dan Koja, telah menerima zakat Dirham dari Baitul Mal Nusantara.

Meski matahari sudah cukup tinggi, Sabtu 21 Mei 2011, kampung nelayan Cilincing pagi itu tampak agak lengang. Kapal-kapal nelayan ditambatkan begitu saja. Sejumlah nelayan tampak membersihkannya. Hanya ada sebuah mobil yang tampak sedang bongkar muat di salah satu kedai, yang sudah cukup untuk membuat jalan yang tak seberapa lebar itu tak lagi bisa dilewati mobil lain dari arah yang sebaliknya.

Pagi itu, Baitul Mal Nusantara (BMN), kembali membagikan zakat mal di Kampung Cilincing. Pak Sufyan al Jawi ditunjuk sebagai salat satu amil untuk membagikannya di sana. Kesempatan itu juga dimanfaatkan untuk kembali merajut silaturahmi berbagai pihak, pengurus BMN (Bpk Nurman Kholis) , pengurus WIN (Bpk Zaim Saidi), serta beberapa tamu dari Koja, bahkan datang juga Muqadim Ahmad Angkawijaya dari Tanjung Pinang.
Baca selengkapnya