Selasa, 31 Mei 2011

Seratus KK Lebih Terima Zakat Dirham

Cilincing, Jakarta Utara, 31 Mei 2011
Seratus KK Lebih Terima Zakat Dirham

Lebih dari seratus orang di Cilincing, Sungai Landak, dan Koja, telah menerima zakat Dirham dari Baitul Mal Nusantara.

Meski matahari sudah cukup tinggi, Sabtu 21 Mei 2011, kampung nelayan Cilincing pagi itu tampak agak lengang. Kapal-kapal nelayan ditambatkan begitu saja. Sejumlah nelayan tampak membersihkannya. Hanya ada sebuah mobil yang tampak sedang bongkar muat di salah satu kedai, yang sudah cukup untuk membuat jalan yang tak seberapa lebar itu tak lagi bisa dilewati mobil lain dari arah yang sebaliknya.

Pagi itu, Baitul Mal Nusantara (BMN), kembali membagikan zakat mal di Kampung Cilincing. Pak Sufyan al Jawi ditunjuk sebagai salat satu amil untuk membagikannya di sana. Kesempatan itu juga dimanfaatkan untuk kembali merajut silaturahmi berbagai pihak, pengurus BMN (Bpk Nurman Kholis) , pengurus WIN (Bpk Zaim Saidi), serta beberapa tamu dari Koja, bahkan datang juga Muqadim Ahmad Angkawijaya dari Tanjung Pinang.
Baca selengkapnya

Senin, 30 Mei 2011

Membeli buku Muqaddimah seharga 2.5 Dirham

Batam, 30 Mei 2011
Membeli buku Muqaddimah seharga 2.5 Dirham

Karya besar Ibn Khaldun yang terkenal Muqaddimah telah hadir dalam bahasa Indonesia. Dalam FHP Batam dijual seharga 2.5 Dirham/eksemplar.

Ibn Khaldun, ulama besar dari Andalusia, sangat dikenal dengan karya kitab monumentalnya, Muqaddimah. Nama lengkapnya adalah Abdar Rahman Abu Zayid ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Khaldun al Hadrami al Maliki. Ibnu Khaldun memilih dan menerapkan tradisi dari Imam Malik. Ia lahir pada 1332 dan wakaf pada 1406. Kitabnya tersebut telah lama diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Turki, Inggris, dan Perancis. Dan meski umurnya telah lebih dari 500 tahun isi buku ini masih sangat relevan, bahkan semakin relevan di zaman mutakhir kini, ketika Islam telah runtuh.

Maka, ketika kitab ini sekarang dihadirkan dalam terjemahan bahasa Indonesia, kita patut bersyukur. Ini berkat kerja keras salah satu penerbit di tanah air, yaitu Pustaka Al Kautsar, Jakarta. Dalam versi bahasa Indonesia kitab Muqaddimah terjadi dalam 1087 halaman. Sumber terjemahan adalah terbitan Dar Al Kitab al �Arabi- Beirut (2001).
Baca selengkapnya

Jumat, 27 Mei 2011

Rakyat Belarus Serbu Bank dan Swalayan

Belarus, 27 Mei 2011
Rakyat Belarus Serbu Bank dan Swalayan

Lagi bukti mencelakakannya uang kertas : sewaktu-waktu kehilangan nilai.

Rakyat Belarus, salah satu negeri bekas Uni Soviet, yang beribukota Minks, pada 23 Mei kemarin dulu menyerbu bank, mesin ATM, dan pasar-pasar swalayan. Mereka mengambil uang rubel mereka dan membelanjakannya sebanyak-banyaknya. Pasar-pasar swalayan kosong melompong dalam waktu singkat. Pompa-pompa bensin diantri pembeli. Rakyat Belarus, tiba-tiba, seperti tidak mau lagi memiliki uang rubel mereka.

Apa pasalnya?
Ini gara-gara Bank Nasional Belarus mendevaluasi rubel Belarus sebanyak persen 55 terhadap dolar AS. Seperti dilaporkan oleh kantor berita Interfax, mengutip sumber di kalangan perbankan, kurs pada 24 Mei ditetapkan sebesar 4.930 rubel per dolar. Sebelumnya tiap dolar AS setara 3.194 rubel. Dibandingkan dengan awal tahun rubel Belarus telah menurun sekitar 60 persen. Di pasaran gelap malah dipertukarkan sampai 6.000 rubel/dolar AS.
Baca selengkapnya

Rabu, 25 Mei 2011

Berkah Bengkel Las Besi Barokah

Depok, 25 Mei 2011
Berkah Bengkel Las Besi Barokah

Angota Jawara Dinar di Kampung Jawara Tanah Baru bertambah satu: Bengkel Las 'Barokah'.

Secara fisik bengkel las "Barokah" tampak sederhana saja. Berada di lahan setengah terbuka, dan hanya dilengkapi dengan bangunan yang terbuat dari bilik bambu, dan papan nama sekadarnya. Tetapi, Kang Ade, pemiliknya telah mengambil satu amal nyata yang Insha Allah akan membuat bengkelnya benar-benar penuh barokah.

Dalam pertemuan yang baru pertama kalinya, sesudah ndapat penjelasan tentagn Dinar dan Dirham serta terjadi kesepakatan kontrak sebuah pekerjaan dari Pak Zaim Saidi, Direkur WIN, yaitu pembuatan sejumlah tutup rumah pompa, Kang Ade sepakat untuk dibayar dengan Dirham perak. Meskipun belum 100%, karena ia masih membutuhkan uang kertas untuk perputaran usahanya.

Nilai kontraknya, pada akhir April 2011 lalu, adalah Rp 1,6 juta. Pak Zaim menjelaskan seluk beluk Dinar dan Dirham kepadanya, yang ketika itu dalam kurs Rp 60.000/dirham. Kesepakatnnya RP 1 juta dibayar rupiah sebagai uang muka, sisanya dalam 10 Dirham. Sepekan kemudian, saat barang selelsai dibuat dan diserahkan oleh Kang Ade, ia menerima koin 10 Dirhamnya. Dan hari itu kursnya telah menjadi Rp 63.500/Dirham.



"Kalau begini saya bisa mengalihkan tabungan saya dalam Dirham, ya," ujarnya berseri-seri.

"Ya. Tapi sebaiknya tidak disimpan-simpan. Dirham itu bisa dibelanjakan untuk keperluan harian Akang, seperti beli sembako," jawab Pak Zaim. Ia pun memberitahunya bahwa di Tanah Baru, Depok, sudah cukup banyak pihak yang menerima pembayaran dengan Dinar dan Dirham. Antara lain toserba "Sahlan Mart", di pertigaan Perum Beji Permai dan Tanah Baru Raya. Tak jauh dari bengkel "Barokah" milik Kang Ade.

"Bertakwalah kamu, Allah akan memberimu pengetahuan."
Sumber :www.wakalanusantara.com
Baca selengkapnya

Jumat, 20 Mei 2011

Sehari Bersama Dhuafa CIlincing

Cilincing, Jakarta Utara, 20 Mei 2011
Sehari Bersama Dhuafa CIlincing

Kampung Nelayan Cilincing, Jakarta Utara, merupakan Zona Dinar Dirham. Kembali zakat Dirham akan dibagikan.

Di dunia ini barangkali baru di kampung nelayan inilah koin Dirham perak khususnya berputar paling "rutin". Maklum di sana tak kurang dari 75 kedai, termasuk bengkel las dan jasa tambal ban, telah menerima pembayaran dengan dirham perak sejak hampir dua tahun lalu. Pak Sufyan al Jawi, penggerak masyarakat di sana, menyebutnya sebagai "Zona Dirham".

Akhir pekan ini, untuk ke sekian kalinya, kembali akan diadakan sebuah kegiatan - untuk terus menjaga kegiatan yang telah berlangsung di sana. Beberapa waktu lalu telah dibuat acara "Cilincing Shopping Day", ketika serombongan pengunjung datang ke kampung Cilincing, untuk melihat dan membelanjakan dirhamnya.
Baca selengkapnya

Selasa, 17 Mei 2011

Masyarakat Aceh Inginkan Dinar Dirham Segera Kembali

Masyarakat Aceh Inginkan Dinar Dirham Segera Kembali

Meski telah banyak yang melupakannya, masyarakat Aceh mendambakan Dinar dan Dirham segera kembali.

Itulah hasil muhibah Dinar Dirham di Banda Aceh, yang dilakukan oleh Tim WIN, Sabtu dan Senin (30 April-2 April 11), berdasarkan pembicaraan dengan berbagai pihak. Kepada sejumlah warga kota Banda Aceh, khususnya para pemilik kedai, Pak Zaim Saidi dan Pak Abdarrahman Rachadi, mengenalkan kembali Dinar dan Dirham secara langsung.
Mereka sangat antusias mengenali kembali mat auang tetua mereka. "Kalau ini [Dinar dan Dirham] kembali dipakai di sini, rakyat Aceh akan kembali kaya," ujar seorang ibu tua pemilik kedai emas, sebut saja Bu Aminah, di tokonya "Toko Emas Murni", di Jl. T Iskandar, di sebelah kedai kopi Solong, Banda Aceh. Ia secara spontan mengomentari koin Dinar dan Dirham yang ditunjukkan kepadanya.
Selain kepada warga kota, silaturahmi juga berlangsung dengan Bpk K.H. Imam Sujak, pengurus Muhammadiyah Aceh Darus Salam. Muhibah ini juga dilakukan bersama dengan Haji Umar Ibrahim vadillo dan Abdaghany Aoeskhanov, yang khusus datang dari Kuala Lumpur. Pertemuan lainnya berlangsung dengan para pengurus Yayasan Baitul A�la fi Mujahidin, yang telah bersepakat dan siap untuk segera mengoperasikan wakala di Banda Aceh.
Puncaknya adalah pembicaraan dengan Bpk Hasbi Abdullah, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, untuk membicarakana perkembangan penerapan Dinar dan Dirham di Nusantara, dan kelanjutannya di Nangroe Aceh Darussalam. Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu telah terjadi pertemuan antara tim Dinar dan Dirham Kesultanan Kelantan, Malaysia, dengan Wakil Gubernur NAD, Bpk Muhammad Nazar, dan sejumlah anggota DPRA.
Bpk Hasbi Abdullah, selaku Ketua DPRA, sangat mendukung penerapan kembali Dinar dan Dirham di Aceh. Malam itu juga, Pak Hasbi berbicara dengan Wakil Gubernur Muhammad Nazar, via telepon, karena Gubernur NAD tidak dapat dihubungi, untuk meminta Pemerintah NAD, dalam hal ini Gubernur Irwandi Yusuf, untuk mengeluarkan sebuah Surat Keputusan Gubernur tentang pencetakan dan penerapan kembali Dinar dan Dirham di Aceh Darussalam.
Selain itu, juga diuuslkan, agar DPRA dapat mengeluarkan sebuah Kanun, yang menyatakan bahwa zakat mal di NAD ditarik dan dibagikan kembali dalam bentuk Dinar dan Dirham, sesuai dengan ketetapan syariat Islam.
Baca selengkapnya

Minggu, 15 Mei 2011

Menabung dengan Dinar & Dirham



Pada masa awalnya Muslimin menggunakan emas dan perak berdasarkan beratnya dan Dinar Dirham yang digunakan merupakan cetakan dari bangsa Persia. 

Koin awal yang digunakan oleh Muslimin merupakan duplikat dari Dirham perak Yezdigird III dari Sassania, yang dicetak dibawah otoritas Khalifah Uthman, radiy’allahu anhu. Yang membedakan dengan koin aslinya adalah adanya tulisan Arab yang berlafazkan “Bismillah”. Sejak saat itu tulisan “Bismillah” dan bagian dari Al Qur’an menjadi suatu hal yang lazim ditemukan pada koin yang dicetak oleh Muslimin. 

Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa standar dari koin yang ditentukan oleh Khalif Umar ibn ak-Khattab, berat dari 10 Dirham adalah sama dengan 7 Dinar (1 mithqal). Pada tahun 75 Hijriah (695 Masehi) Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj untuk mencetak Dirham untuk pertama kalinya, dan secara resmi beliau menggunakan standar yang ditentukan oleh Khalifah Umar ibn Khattab. Khalif Abdalmalik memerintahkan bahwa pada tiap koin yang dicetak terdapat tulisan: “Allahu ahad, Allahu samad”. Beliau juga memerintahkan penghentian cetakan dengan gambar wujud manusia dan binatang dari koin dan menggantinya dengan huruf-huruf. 

Perintah ini diteruskan sepanjang sejarah Islam. Dinar dan Dirham biasanya berbentuk bundar, dan tulisan yang dicetak diatasnya memiliki tata letak yang melingkar. Lazimnya di satu sisi terdapat kalimat “tahlil” dan “tahmid”, yaitu, “La ilaha ill’Allah” dan “Alhamdulillah” sedangkan pada sisi lainnya terdapat nama Amir dan tanggal pencetakkan; dan pada masa masa selanjutnya menjadi suatu kelaziman juga untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah, salallahu alayhi wa salam, dan terkadang, ayat-ayat Qur’an.


Koin emas dan perak menjadi mata uang resmi hingga jatuhnya kekhalifahan. Sejak saat itu, lusinan mata uang dari beberapa negara dicetak di setiap negara era paska kolonialisme dimana negara negara tersebut merupakan pecahan dari Dar al Islam. 

Sejarah telah membuktikan berulang kali bahwa uang kertas telah menjadi alat penghancur dan menjadi alat untuk melenyapkan kekayaan uamt Muslim. Perlu diingat bahwa Hukum Syariah Islam tidak pernah mengizinkan penggunaan surat janji pembayaran menjadi alat tukar yang sah




Dinar, Dirham dalam pecahan:

½ Dinar                                            2.125 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 20 mm)
1 Dinar                                            4.250 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 23 mm)
2 Dinar                                            8.500 gram emas (22 karat, 917, Diameter: 26 mm )
1/6 Dirham (Daniq Dirham)        0.496 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 15 mm)
½ Dirham (Nisfu Dirham)           1.487 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 18 mm)
1 Dirham                                        2.975 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 25 mm)
2Dirham                                         5.950 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 26 mm)
5 Dirham                                      14.875 gram perak (perak murni, 999, Diameter: 27 mm)


Baca selengkapnya