Selasa, 07 Juni 2011

Perkenalan Dinar dan Dirham di Gontor

Ponorogo, 07 Juni 2011
Perkenalan Dinar dan Dirham di Gontor

Melalui sebuah seminar mahasiswa Institut Studi IslamDarussalam, Gontor, perkenalkan Dinar Dirham.

Waktu masih cukup pagi, belum jam 8, dan ruang pertemuan Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS) di Kampus Institut Studi Islam Darussalam (ISID), Ponorogo, masih kosong. Tetapi Bpk Drs. KH. Kafrawi Ridwan, M.A, Rektor ISID, justru telah lebih dulu hadir dibanding panitia sekalipun. Hari itu, Jumat, 13 Mei 2011, adalah hari diselenggarakannya Seminar Menggagas Sistem Moneter Islam, yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Bpk Zaim Saidi, dari WIN; dan Bpk Abdarrahman Rachadi dari Jawara Nasional. Keduanya juga sudah siap-siap, meski masih di Wisma Tamu, yang letaknya bersebelahan dengan auditorium CIOS.

Akhirnya, acara pun dimulai, dengan sambutan Pak Rektor, yang dengan positif menyambut acara itu sebagai bagian dari pembelajaran dan pengenalan kembali muamalat. "Dinar dan Dirham harus diterapkan kembali, karena kestabilan nilainya, demikian antara lain sambutan Pak KH Kafrawi.

Acara itu dihadiri oleh sivitas akademika ISID, mahasiswa datang dari tiga kampus, yaitu Kampus Pusat Siman, pnorogo, Kampus Mentingan, Ngawi, dan Kampus Magelang Jawa Tengah. Seluruh bangku yang tersedia dalam auditorium penuh oleh peserta, putra dan putri.

Dalam paparannya Pak Zaim menjelasakan bahwa Allah SWT dan Rasul SAW telah menggariskan model moneter, yang intinya ada beberapa hal prinsipil. Pertama, alat tukar harus berbasis pada komoditi, hingga memiliki nilai intrinsik. Komoditi terpokok sebagai alat tukar adalah emas, perak, dan makanan jenis tertentu yang dapat memenuhi fungsi sebagai uang. Kedua, uang meskipun terbuat dari komoditi adalah alat tukar, tidak boleh digelembungkan melalui instrument derivatif - yang paling elementer adalah uang kertas. Ketiga, dalam kelaziman dan praktek historis, alat tukar yang paling lazim dalam model meneter Islam, adalah dinar emas, dirham perak, dan fulus tembaga.

Sementara itu, Pak Abdarrahman Rachadi, menjelaskan tentang keberadaan Jawara Dinar - beserta berbagai kegiatannya. Yang terpokok adalah Festival Hari Pasaran (FHP), dan pendirian Kampung Jawara. Dengan demikian maka koin dinar dan dirham, serta fulus , diamalkan dalam transaksi sehari-hari. Dari kegiatan ini diharapkan keluarga besar Pondok Pesantren Gontor dapat mengamalkan muamalat secara bertahap di lingkungannya. Baik di kampus-kampus pusatnya, maupun di kampus-kampus lain di Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar